Maek, Nagari Seribu Menhir.
Nagari Maek di Payakumbuah menjadi salah satu tujuan wisata yang menempati daftar teratas dalam agenda perjalanan wisata tim Pulau Api kali ini, oleh karena itu Lembah Harau dan Ngalau di Kabupaten Limopuluah Koto pun ada pada urutan sesudahnya untuk dikunjungi.
Ketertarikan untuk mengunjungi tempat tersebut disebabkan rasa penasaran ingin melihat Menhir, suatu peninggalan pra sejarah di zaman neolitikum, masa 6000/4000 SM - 2000 SM.
Batu tunggal (monolith) yang berdiri tegak diatas tanah itu menunjukkan adanya kehidupan manusia purba di ranah Minang. Hal inilah yang menjadi akar rasa penasaran, sebab menurut Tambo Minang nenek moyang masyarakat Minang dikatakan bermula dari lereng Gunung Marapi.
Nagari Maek, sebuah nagari yang terdapat di Kecamatan Bukit Barisan jaraknya kira-kira hanya 42 km dari pusat kota Payakumbuh, namun untuk mencapai lokasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat jalan menuju daerah yang terdapat di sebuah lembah ini harus melalui jalan berliku, mendaki dan menuruni bukit, medan yang cukup sulit. Meski sebagian jalannya sudah beraspal mulus, tetapi masih ada kondisi jalan yang rusak parah, sehingga supir harus beberapa kali turun untuk memastikan bahwa mobil dapat melintasi jalan dengan aman.
Perjalanan yang mebutuhkan waktu yang cukup lama tersebut sama sekali tidak mampu melahirkan rasa bosan, pasal pemandangan yang menakjubkan terhampar di sepanjang perjalanan. Alam yang asri diselingkar perbukitan sungguh menawan, cahaya matahari yang jatuh pada salah satu sisi bukit-bukit kecil membuat bukit seolah hijau menyala dan bukit yang lebih tinggi berwarna keabu-abuan nampak dari kejauhan.
Meskipun nagari yang menyimpan bukti kehidupan pra sejarah ini merupakan salah satu obyek wisata yang juga menjadi tujuan para peneliti yang ingin mengungkapkan adanya kehidupan purba disini, namun ternyata untuk menemukannya tidaklah mudah, sebentar-sebentar kami harus berhenti untuk menanyakan lokasi tujuan, tidak ada penunjuk arah yang terpampang sebagai pemandu perjalanan ke Nagari yang disebut sebagai nagari tertua, sungguh sayang memang.
Meskipun Nagari yang dipagari bukit dan berada di lembah namun kondisi yang demikian tidak membuat masyarakat yang berjumlah lebih kurang 12.000 jiwa di lokasi tersebut terisolasi dari perkembangan, kehidupan disana tampak maju, pekerjaan rata-rata penduduk adalah berladang dan beternak sapi.
Situs Megalith
Kompleks yang menyimpan berpuluh batu tegak yang pertama kami datangi adalah Cagar Budaya Megalit Balai Batu. Di kompleks ini terdapat tidak kurang 60-70 batu menhir yang tegak berdiri dan kesemuanya menghadap ke bukit Bungsu.
Meskipun saat itu sedang gerimis, kami tetap berlarian ke halaman yang cukup luas untuk mengagumi dan mengambil gambar sebagai dokumentasi Tim Pulau Api yang mempunyai kegiatan berwisata di ranah Minangkabau, sebuah kegiatan pribadi yang dilakukan sebagai bentuk partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi wisata di Sumatera Barat. Meskipun kecil sumbangsih yang diberikan tapi kami yakin sekecil apapun peran serta yang dilakukan tetap akan menghasilkan manfaat, setidaknya tulisan ini bisa jadi tambahan informasi dan bermuatan promosi.
Setelah puas mengagumi dan mengambil gambar, kami sempat bertemu dan berbincang dengan seorang petugas dari BP3, dari beliau kami mendapatkan informasi bahwa Menhir-menhir tersebut merupakan pertanda kubur, merupakan batu nisan.
Dari Cagar Budaya Megalit Balai Batu perjalanan memburu menhir dilanjutkan, hingga sampai di situs dimana pada tempat tersebut tersebar hampir 370 monolith.
Bagai menemukan sesuatu yang sangat berharga, kami lantas berhamburan ke dalam area yang mungkin saja merupakan lokasi perkuburan purba dan tentu saja terlebih dulu kami mengucapkan salam "Assalamualaikum Nyiak" begitu bunyi salam yang kami ucapkan. Selepas itu masing masing anggota memulai kesibukan sendiri-sendiri, mengambil foto-foto batu dari berbagai sisi, setiap kali ada yang menarik perhatian kami akan saling memberitahukan. Meski bukan ahli, sikap kami seperti layaknya peneliti yang mengerti, tertarik memperhatikan setiap detail yang ada di batu monolith di situs cagar budaya Menhir Bawah Parit.
Di Padang luas yang menjadi kompleks situs megalit Menhir bawah Parit tersebar berbagai bentuk dan jenis batu, semuanya menghadap ke arah Gunung Sago. Menhir yang terdapat disini lebih bervariasi ukurannya. Kalau dilihat dari warna (seperti ahli saja) kami menyimpulkan materialnya juga berbeda, ada yang seperti kumpulan batu karang
terimakasih tulisannya kakak.... semoga lain kali bisa berkunjung lagi ke Maek... sebagai masyarakat maek, saya mengapresiasi sekali tulisannya...
BalasHapus