Minggu, 04 November 2012

Menikmati senja di Jembatan Siti Nurbaya


Kalau pernah membaca atau mendengar kisah percintaan yang terdapat dalam novel yang melegenda yang dituliskan oleh Marah Rusli, maka kita akan seketika teringat pada tokoh perempuan bernama Siti Nurbaya. Nama ini lah yang diabadikan sebagai nama jembatan yang melintas diatas  sungai (batang) Arau.
Jembatan yang diresmikan pada tahun 2002 ini terbentang sepanjang lebih kurang 60 meter, menghubungkan kota Padang (kota Tua) dengan daerah perbukitan hijau bernama Gunung Padang yang terlihat di latar belakang.
Dari atas jembatan Siti Nurbaya, saat matahari mulai meredupkan sinarnya dan langit ikut menggambar warna senja, kesibukan pun mulai terlihat, para penjaja makanan dan minuman mulai menjejerkan kursi-kursi dengan punggung bersandar pada lengan jembatan, tempat-tempat itu dipersiapkan bagi mereka yang ingin menikmati pemandangan sore, sekedar bersantai sambil berceloteh, dan bisa saja ada yang merajut kisah serupa cerita novel Siti Noerbaja (dengan akhir cerita yang bahagia tentu saja), memadu kasih dan membuat janji sambil mata memandang kesegala arah, ke arah pemandangan gunung Padang yang hijau, atau ke arah perahu warna-warni yang tertambat di Batang Arau. Mungkin pula diantara mereka yang bertandang di waktu petang ketempat ini, ada yang melakukan kegiatan seperti yang kami lakukan, memandangi bangunan-bangunan tua yang masih tampak megah sambil menggumamkan tanya: 
“hmm, kenapa ya enggak dikelola selayaknya sebuah lokasi wisata sebab sesungguhnya bangunan-bangunan tersebut selain memberi kesan indah pasti juga menyimpan cerita nostalgia. Tidak jarang orang berwisata untuk mengenang kisah masa lalunya yang bukan mustahil pula cerita lama tersebut diturunkan dan membuat yang mendengar ikut pula penasaran”

MUARO

Pelabuhan Muaro, dalam kisah sejarahnya dulu adalah pelabuhan yang sangat aktif, pernah menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal besar dan menjadi pusat ekspor rempah-rempah, tidak selain itu  pelabuhan muara tempo dulu dijadikan sebagai tempat singgah kapal yang berangkat mengarungi samudara dari Eropa, China yang berlayar menuju Jawa. Pelabuhan muaro dulu menjadi tempat favorit para nakhoda karena secara geografis lokasinya seperti dilindungi gunung sehingga aman dan membuat mereka jadi terhindar dari hempasan ombak ganas yang berasal dari Samudera Hindia.
Kini, Pelabuhan Muaro tampak begitu tenang dan lengang, menyimpan berbagai kisah yang bisa terus dikenang, gambaran kemegahan bangunan masa lalu masih bisa kita temukan di sekitar kawasan kota lama.


Meski tak seramai dulu, sampai saat ini di Muaro Batang Arau masih terlihat beberapa kapal warna warni yang tertambat disana, ini menunjukkan bahwa kawasan ini masih berfungsi sebagai pelabuhan, masih terasa nafas kehidupan pelayaran  meski nyaris sepi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar