Kamis, 08 November 2012

Sawahlunto: #1.Danau kandih


Tibo di Sawahlunto hari lah sanjo
Kecantikannya susah aku lukiskan



Masih banyak tempat yang aku singgahi yang ceritanya belum kubagi-bagi. Masih di ranah Minang dan masih pula tentang perjalanan dalam rangka memburu rumah gadang. Kemanapun tempat yang kami tuju, aku selalu minta supaya dua tiga pulau terlampaui, walaupun itu artinya kami harus menempuh jarak lebih jauh, tak jadi masalah,  sebab Pa’ An, supir setia, akan mengantar kami sesuai permintaan dengan rasa suka cita, pasal dia pun ingin mempromosikan Sumatera Barat padaku yang baru punya rasa ingin mengenal lebih dalam tanah asal kedua orang tuaku setelah kejadian gempa setahun lalu .

“gak ada kata terlambat, bunda” katanya, pada kunjungan ku yang ketiga dalam tahun ini.
Setelah berputar-putar dari Padang Panjang dan Batusangkar,tempat singgah terakhir adalah Kota 

Tambang Sawahlunto yang berada kira-kira 95 km dari ibu kota Provinsi. Rencana yang tersusun tentu saja berkunjung ke Museum Kereta Api, tapi apadaya karena hari telah senja kita cuma sempat berfoto-foto sebentar saja. Namun begitu,  tetap saja pemandangan yang kami lalui selalu berhasil membuatku terpesona, dan nanti akan kuberikan buktinya.

Sebelum sampai ke tempat persinggahan terakhir, kami lebih dulu mampir ke Danau Kandih , sebuah  danau buatan yang terbentuk akibat aktifitas penambangan. Pemandangan yang disajikan mampu menghasilkan decak kagum yang berkepanjangan. Aku menyebutnya cantik, karena tak bisa lagi menemukan kata yang tepat untuk  melukiskan betapa indahnya paduan warna antara warna coklat tanah, daun hijau dan pantulan cahaya di air yang tenang




Kami tak sempat berlama-lama disana, setelah mengambil gambar seperlunya, perjalanan terus dilanjutkan dan kemudian istirahat sebentar sambil minum kopi di cafe sebelah hotel Ombilin. Bukan mau gaya-gayaan maksudnya, tempat itu kami pilih karena alasan lain, kamera kehabisan daya, batere drop karena digunakan untuk jepret ini itu sepanjang perjalanan sehingga kami perlu mengisi baterai supaya bisa ambil gambar museum kereta dan obyek-obyek lain.


Di depan Hotel Ombilin terdapat Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto yang bergaya kolonial, khas dengan cat warna putihnya, tak heran, karena memang gedung ini dibangun pada masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1910. Dulunya gedung ini berfungsi sebagai tempat pertemuan dan tempat hangout nya para pejabat Belanda dan bernama "Gluck Auf". Gedung ini telah beberapa kali berubah fungsi, pernah menjadi tempat pertemuan masyarakat dan disebut sebagai GPM (Gedung Pertemuan Masyarakat), lalu pernah juga menjadi kantor Bank, dan pada akhir tahun 2006 berfungsi sebagai Gedung Pusat Kebudayaan.

Karena tidak bisa melihat apa yang ada di dalam gedung ini kami hanya duduk-duduk santai di bangku yang menghadap ke jalan mengamati mobil dan motor yang lalu lalang, sambil agak terheran-heran melihat pohon albino. Kami menyebutnya demikian karena sebagian batang pohonnya seperti tidak berpigmen, entah sejak dulu seperti ini, atau sengaja dikuliti, tak ada yang bisa menjawab pertanyaan kami.


Tak jauh dari situ, tepatnya di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kampung Aia Dingin, Kota Sawahlunto ada stasiun Kereta Api Sawahlunto yang dibangun pada tahun 1918 yang kini berfungsi sebagai museum kereta api, yang diresmikan pada akhir tahun 2005 oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak H.M.Yusuf Kalla.

Sayang,  karena sudah sore, museum sudah tutup hingga kami tak bisa melihat koleksi yang tersimpan di dalamnya, tapi masih bisa mengintip sedikit jadi tak terlalu kecewa.
Padahal selain pengen bisa melihat koleksi museum, aku pengen juga bisa naik kereta wisata, pengen tau mengenai si Mak Itam, loko uap seri E 1060 buatan Jerman, loko uap tertua di dunia yang semula lama tersimpan di Museum Kereta api di Ambarawa, dan kembali dibawa pulang ke kampung halaman karena kepedulian Masyarakat Peduli Keretaapi Sumatera Barat sebagai salah satunya penyebabnya

Walaupun masih banyak obyek wisata yang tidak sempat kami kunjungi, tak membuat kecil hati, ini jadi alasan ku untuk suatu saat kembali, seharian aku akan berkeliling ke kota ini, masih ada Gudang Ransoem, lobang Mbah Soero dan tentu saja mengunjungi seluruh tempat wisata di kota tambang ini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar