Kamis, 08 November 2012

Padang Panjang #2. Mesjid Asasi


Masjid Asasi, Nagari Gunung Padang Panjang.





Masjid Asasi Nagari Gunuang adalah salah satu dari sekian mesjid bersejarah di ranah Minang, terletak di kota yang mendapat julukan sebagai Mesir Van Andalas atau lebih dikenal dengan sebutan Serambi Mekah yaitu Padang Panjang yang termasuk dalam Luhak Tanah Datar

Bangunan yang usianya sudah kebih dari 500 tahun ini (karena diperkirakan didirikan sekitar awal tahun 1400) masih kokoh berdiri diatas tanah seluas 25x22 meter yang diwakafkan oleh Imam Basa dan Khatib Kayo. Menurut cerita yang dituturkan oleh masyarakat yang tinggal dilokasi sekitar masjid, masjid Asasi adalah masjid pertama yang dibangun di Minangkabau, dulu disebut sebagai Surau Gadang.

Masyarakat di Nagari Gunung sangat meyakini cerita yang didapat secara turun temurun tersebut dan menjelaskan bahwa kata Asasi yang dipakai untuk nama surau ini berasal dari kata Asa (bahasa Minang) yang dalam bahasa Indonesia berarti asal (mula-mula), sedangkan nama Nagari Gunuang merujuk pada tempat atau lokasi dimana mesjid ini berada.

Konon kisahnya mesjid ini didirikan secara bergotong royong oleh masyarakat Nagari Nan Ampek Jurai keturunan dari empat pasang suami istri yang datang dari lereng Gunung Merapi Nagari Pariangan Padang Panjang. Keempat pasang suami istri yang dianggap sebagai nenek moyang masyarakat Nagari Gunuang itu tiba di tanah yang tak bertuan dan kemudian membagi wilayah tersebut menjadi 4 jurai.

Masjid Asasi terletak di Jorong Sigando, Nagari Gunuang tidak jauh dari pusat kota Padang Panjang. Meski sudah pernah beberapa kali dipugar, tapi masih banyak bagian yang masih asli.

Semula atap yang berbentuk limas dan bersusun tiga itu berbahan ijuk, tapi sekarang sudah diganti dengan seng, ukiran didinding luar badan mesjid sudah dicat ulang, sedangkan yang ada di atap kedua dan ketiga masih orisinil, itu sebabnya warnanya tampak lebih pudar.

Pada saat melakukan renovasi pernah diupayakan untuk mencari keterangan yang mungkin dapat  menjelaskan tahun berapa sebenarnya masjid ini didirikan, misalnya dari pahatan yang terdapat pada bagian masjid, namun ternyata tak satupun yang ditemukan, sehingga sampai ini belum ada keterangan pasti mengenai hal tersebut.
Mesjid ini juga merupakan bangunan yang tidak berpaku, pada saat melakukan pemugaran tidak satupun ditemukan adanya paku.

Masjid Asasi memiliki dua janjang, satu di bagian kiri dan satu di bagian kanan yang langsung berhubungan dengan pintu masuk ke ruang dalam mesjid, pintunya penuh ukiran bercorakan tanaman dan bunga (flora) , salah satu corak khas ukiran Minang.

Bagian dalam hampir semuanya di renovasi kecuali lantai dan tiang-tiang penyangga bangunan. Ada 9 tiang yang menopang dengan satu tiang besar yang disebut sebagai tiang utama, ukurannya jauh lebih besar dari ukuran tiang-tiang lainnya dan terdapat tepat ditengah-tengah ruang. Tiang utama ini menurut cerita berasal dari satu batang pohon utuh.

Ruang dalam mesjid yang didominasi warna coklat kayu dengan sedikit sentuhan warna keemasan membuat mesjid ini terkesan modern, sungguh kontras dengan bagian luar yang penuh ukiran.

Lantainya terbuat dari papan yang tersusun, warnanya telah sejalan dengan perjalanan waktu namun sama sekali tidak mengurangi keasrian masjid Asasi yang merupakan salah satu obyek wisata di Padang Panjang, bahkan memberi kesan antik
Di bagian depan tempat Imam memimpin shalat terdapat mimbar.


Seperti di kompleks mesjid pada umumnya, di halaman masjid Asasi juga tercapat rumah tabuah, ruang kecil tempat menyimpan beduk, dindingnya penuh dengan ukiran

rumah tabuh, dindingnya pun penuh ukiran


mimbar




bagian samping masjid


Tiang Utama berasal dari satu batang pohon


ukiran, warna terlihat cerah, sesudah dicat ulang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar