RUMAH PUISI TAUFIQ ISMAIL
Mumpung lagi berada di ranah Minang dalam waktu yang tak panjang,
kami tak mau membiarkan waktu berlalu tanpa mengunjungi tempat yang kami buru.
Setiap hari selalu pergi dari pagi dan baru kembali malam hari. Meski selama
lima hari menginap di rumah Walikota Padang Fauzi Bahar, bertemu dengan beliau cuma
sebentar-sebentar, selebihnya waktu dihabiskan dengan jalan-jalan. Beliau sudah
tak heran melihat aku terlalu banyak kegiatan, ini kunjungan yang kesekian yang
menjadikan rumahnya sebagai tempat penginapan.
Perjalanan rutin sejak tahun 2009 (minimal sekali
dalam setahun) itu memang diagendakan untuk berkeliling ke Kabupaten dan Kota
di Sumatera Barat, mengunjungi tempat dan obyek-obyek wisata. Lewat tulisan dan
foto-foto, cerita perjalanan wisata tim Pulau Api kami bagikan agar informasi
mengenai tempat-tempat tersebut semakin banyak yang mengetahui. Lewat cara
seperti itulah kami ingin ikut berpartisipasi dalam memajukan pariwisata di
Sumatera Barat.
Tujuan kali ini adalah ke rumah Puisi Taufik Ismail
di Padangpanjang. Kami sengaja memilih jalur yang melewati Danau Maninjau terus
naik ke kelok ampekpuluh ampek, lewatin Kotogadang Bukittinggi, baru ke Padang
Panjang. Perjalanan yang lebih singkat waktu tempuhnya sebenarnya bisa melalui
jalur Padang-Padangpanjang, tapi sengaja kami memilih jalan memutar, maklumlah
kami sedang bertamasya.
Tiba di rumah puisi sudah sore. Mobil kami parkir
di Rumah makan Aie Badarun yang terletak tak jauh dari situ, ke lokasi kami
berjalan kaki melewati jalan yang mendaki. Di luar berdiri tugu yang
menampilkan salah satu puisi karya sastrawan terkenal itu. Puisi yang juga
dijadikan lagu dan dinyanyikan dengan suara merdu oleh grup Bimbo, Dengan
Puisi.
Karena hari telah menjelang senja tempat ini
terlihat sepi, namun rumah yang menjadi semacam perpustakaan yang nyaman ini
ternyata tak berkunci, sambil mengucapkan salam kami masuk ke dalam dan
seketika saja semuanya langsung asyik sendiri-sendiri, menikmati apa yang
menjadi minat hati. Semua tak bersuara, aku diam di hamparan hambal dan
bersandar pada bantal besar, sekali-sekali membaca sambil tiduran, santai dan
menyenangkan.
Rumah yang sekaligus seperti ruang pameran,
menyimpan berbagai macam koleksi buku, selesai
dibangun pada pertengahan tahun 2008 dan berfungsi sebagai pusat Kebudayaan,
tempat pelatihan guru bahasa dan sastra serta menjadi sanggar tempat berlatih
para siswa. Bangunan yang berada diatas lahan yang luas terletak di kaki
Gunuang Singgalang dan Merapi, Nagari Aia Angek, Jl Raya Padang
Panjang-Bukiktinggi km 6, Sumatera Barat.
Taufik Ismail seorang penyair kelahiran Bukittinggi
memang dikenal sebagai sosok yang demikian sangat peduli pada perkembangan
sastra di Indonesia, beliau prihatin terhadap kondisi pengajaran sastra di
Indonesia dan mendedikasikan hidupnya untuk memperbaiki kondisi tersebut.
Beliau
melakukan survey mengenai wajib baca buku sastra di sekolah pada tahun 1990 an.
Hasil penelitiannya dipajang di ruang depan tepat di depan pintu masuk. Mau tau
berapa buku sastra yang wajib di baca para siswa di sekolah Indonesia?
Jawabnya
Nol buku.
Menyedihkan sekali kenyataan itu
Oya, bagi yang belum sempat ke Rumah Puisi sampai saat ini, silahkan nikmati dulu foto-foto ini, lalu buatlah jadwal untuk berkunjung kesana, buka jendela dunia selebar-lebarnya, raup manfaat sebanyak-banyaknya dengan membaca.
semua asyik sendiri-sendiri |
Di Rumah Puisi kita tak akan mungkin bosan, selain pemandangan disekitarnya menawan, bunga warna-warni di halaman semakin membuat rasa kerasan.
aiii.. keren.. aku share ini ya, mbak :)
BalasHapusdua hari yang lalu saya melihat berita di TV tentang Rumah Puisi ini dan saya mencari info lebih lanjut. Terima kasih informasi yang ada di blog ini. Apa ada alamat email atau nomor telefon pengelola rumah puisi ini ? Saya tertarik untuk mengikuti program-program pelatihan yang ada. Salam tayasmen@yahoo.com
BalasHapus