Masjid Asasi Nagari Gunuang adalah salah satu dari sekian mesjid bersejarah di ranah Minang, terletak di kota yang mendapat julukan sebagai Mesir Van Andalas atau lebih dikenal dengan sebutan Serambi Mekah yaitu Padang Panjang yang termasuk dalam Luhak Tanah Datar
Bangunan
yang usianya sudah kebih dari 500 tahun ini (karena diperkirakan didirikan
sekitar awal tahun 1400) masih kokoh berdiri diatas tanah seluas 25x22 meter
yang diwakafkan oleh Imam Basa dan Khatib Kayo. Menurut cerita yang dituturkan
oleh masyarakat yang tinggal dilokasi sekitar masjid, masjid Asasi adalah
masjid pertama yang dibangun di Minangkabau, dulu disebut sebagai Surau Gadang.
Masyarakat
di Nagari Gunung sangat meyakini cerita yang didapat secara turun temurun
tersebut dan menjelaskan bahwa kata Asasi yang dipakai untuk nama surau ini
berasal dari kata Asa (bahasa Minang) yang dalam bahasa Indonesia berarti asal
(mula-mula), sedangkan nama Nagari Gunuang merujuk pada tempat atau lokasi
dimana mesjid ini berada.
Konon
kisahnya mesjid ini didirikan secara bergotong royong oleh masyarakat Nagari
Nan Ampek Jurai keturunan dari empat pasang suami istri yang datang dari lereng
Gunung Merapi Nagari Pariangan Padang Panjang. Keempat pasang suami istri yang
dianggap sebagai nenek moyang masyarakat Nagari Gunuang itu tiba di tanah yang
tak bertuan dan kemudian membagi wilayah tersebut menjadi 4 jurai.
Masjid
Asasi terletak di Jorong Sigando, Nagari Gunuang tidak jauh dari pusat kota
Padang Panjang. Meski sudah pernah beberapa kali dipugar, tapi masih banyak
bagian yang masih asli.
Semula atap yang berbentuk limas dan
bersusun tiga itu berbahan ijuk, tapi sekarang sudah diganti dengan seng,
ukiran didinding luar badan mesjid sudah dicat ulang, sedangkan yang ada di
atap kedua dan ketiga masih orisinil, itu sebabnya warnanya tampak lebih pudar.
Pada saat melakukan renovasi pernah
diupayakan untuk mencari keterangan yang mungkin dapat menjelaskan tahun berapa sebenarnya masjid
ini didirikan, misalnya dari pahatan yang terdapat pada bagian masjid, namun
ternyata tak satupun yang ditemukan, sehingga sampai ini belum ada keterangan
pasti mengenai hal tersebut.
Mesjid ini juga merupakan bangunan
yang tidak berpaku, pada saat melakukan pemugaran tidak satupun ditemukan
adanya paku.
Masjid Asasi memiliki dua janjang,
satu di bagian kiri dan satu di bagian kanan yang langsung berhubungan dengan
pintu masuk ke ruang dalam mesjid, pintunya penuh ukiran bercorakan tanaman dan
bunga (flora) , salah satu corak khas ukiran Minang.
Bagian dalam hampir semuanya di
renovasi kecuali lantai dan tiang-tiang penyangga bangunan. Ada 9 tiang yang
menopang dengan satu tiang besar yang disebut sebagai tiang utama, ukurannya
jauh lebih besar dari ukuran tiang-tiang lainnya dan terdapat tepat
ditengah-tengah ruang. Tiang utama ini menurut cerita berasal dari satu batang
pohon utuh.
Ruang dalam mesjid yang didominasi
warna coklat kayu dengan sedikit sentuhan warna keemasan membuat mesjid ini
terkesan modern, sungguh kontras dengan bagian luar yang penuh ukiran.
Lantainya terbuat dari papan yang
tersusun, warnanya telah sejalan dengan perjalanan waktu namun sama sekali
tidak mengurangi keasrian masjid Asasi yang merupakan salah satu obyek wisata
di Padang Panjang, bahkan memberi kesan antik
rumah tabuh, dindingnya pun penuh ukiran |
mimbar |
bagian samping masjid |
Tiang Utama berasal dari satu batang pohon |
ukiran, warna terlihat cerah, sesudah dicat ulang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar