Padang panjang sebuah kota kecil
berjarak 72 km dari Kota Padang, terkenal dengan sebutan kota Serambi Mekah.
Kota kecil ini terdapat di kawasan
pegunungan, tak heran kalau hawanya demikian sejuk sehingga meski kami
berjalan-jalan diwaktu siang, tetap saja kami merasa nyaman dan tidak merasa
kegerahan.
Beberapa tempat menjadi tujuan kami
berwisata ke kota ini. banyak obyek wisata yang pantas untuk dikunjungi, antara
lain PDIKM, Minang Village, Arena hiburan Minang Fantasy serta beberapa
peninggalan sejarah yang berkaitan dengan perjalanan perkembangan Islam di
ranah Minang seperti Masjid Asasi Nagari Gunuang.
RUMAH
GADANG PDIKM
Bangunan yang digunakan sebagai Pusat
Informasi ini berbentuk rumah gadang bergonjong tujuh dengan empat rangkiang
berleret di halaman depannya, dua dibagian kiri dan dua di kanan. Menurut
petugas yang kami ajak berbincang bincang, rumah Gadang yang digunakan sebagai perpustakaan ini didirikan
atas prakarsa A. Hamid dan Bustanul Arifin.
Pembangunannya ditandai dengan
peletakan batu pertama pada tanggal yang mudah diingat 8-8-88 dan diresmikan
pada 17 Desember 1990, oleh Hasan Basri Durin Gubernur Sumatera Barat di masa
itu, sekarang pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
Rumah Gadang yang berada dalam
kompleks nan asri, halamannya tertata rapi dan bersih, pemandangan hijau
berlatar belakang gunung, hawanya sejuk segar ini memiliki
berbagai koleksi buku dan foto-foto yang tersusun apik dengan sistem
pencahayaan yang menarik, membuat siapapun akan betah berlama lama di dalamnya.
Ruang bacanya dirancang begitu
nyaman, meja kayu dengan tekstur yang halus, disusun melingkari tiang yang
jumlahnya sama dengan jumlah ruangan. Pencahayaan didapatkan dari lampu-lampu yang menempel
pada tonggak atau tiang, terkesan sedikit temaram, namun tetap memberi rasa
kerasan.
Meja-meja baca yang ditata melingkari
tonggak itu benar-benar menarik perhatian.
Lantai kayunya terlihat begitu bersih
dan mengkilap, sehingga jika malas membaca di meja, duduk di lantai tetap
terasa nyaman dan santai..
Di ujung kiri dan kanan ruangan
terdapat bagian yang lebih tinggi dari lantai dengan beberapa anak tangga.
Bagian tersebut dinamakan anjuang, itu sebabnya rumah gadang tipe ini pun
disebut sebagai rumah baanjuang.
Kamar yang berjumlah sembilan
digunakan seperti ruang pamer yang menyimpan dan memajang bermacam koleksi
perpustakaan antara lain berbagai koleksi foto, ada yang merupakan foto hasil
repro, ada juga yang orisinil. Di ruang ini kita dapat menemukan beberapa foto
mengenai rumah gadang dari dua kelarasan, yaitu laras Bodi Chaniago dan laras
Koto Piliang yang merupakan foto produksi ulang yang dilakukan pada tahun 2008
Koleksi buku yang ada disini cukup
bervariasi, kami menemukan dua buku yang kami cari, yaitu tentang rumah gadang.
Setelah puas menikmati koleksi di
ruang atas kami menuju ruang bawah yang menyimpan aneka macam koleksi baju
pengantin lengkap dengan aksesorisnya. Pengunjung bisa mengenakan koleksi baju
pengantin yang tersedia untuk keperluan berfoto.
Di halaman depan Rumah Gadang (aku
menyebutnya rumah gadang PDIKM) ini terdapat empat buah rangkiang yang memiliki
nama sendiri-sendiri (biasanya rangkiangnyo tigo sajaja)
Rangkiang Sitinjau Lauik adalah
tempat penyimpanan padi yang digunakan untuk persediaan makan musafir dan tamu
Rangkiang Sibayau-bayau adalah tempat
penyimpanan padi yang digunakan untuk pangan sehari-hari.
Rangkiang Sitangguang Lapa adalah
tempat penyimpanan padi yang digunakan untuk membantu fakir miskin dan masa
paceklik.
Rangkiang Kaciak, sebagai tempat
penyimpanan padi yang digunakan untuk benih pada saat masa bertanam tiba.
Lumbung yang berada di halaman depan
rumah gadang berfungsi bukan semata untuk menyimpan padi dan tempat menyimpan
bahan pangan lainnya, tetapi ini memiliki filosofi sendiri, yang menggambarkan
rasa kepedulian sosial terhadap sesama, merupakan perlambang kebersamaan,
kesejahteraan dan kemakmuran bersama (Mambangkik Batang Tarandam: H Julius Dt
Malako Nan putiah, h: 129)
Add caption |
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar