Kalau pernah membaca atau mendengar
kisah percintaan yang terdapat dalam novel yang melegenda yang dituliskan oleh
Marah Rusli, maka kita akan seketika teringat pada tokoh perempuan bernama Siti
Nurbaya. Nama ini lah yang diabadikan sebagai nama jembatan yang melintas
diatas sungai (batang) Arau.
Jembatan yang diresmikan pada tahun
2002 ini terbentang sepanjang lebih kurang 60 meter, menghubungkan kota Padang
(kota Tua) dengan daerah perbukitan hijau bernama Gunung Padang yang terlihat
di latar belakang.
Dari atas jembatan Siti Nurbaya, saat
matahari mulai meredupkan sinarnya dan langit ikut menggambar warna senja,
kesibukan pun mulai terlihat, para penjaja makanan dan minuman mulai
menjejerkan kursi-kursi dengan punggung bersandar pada lengan jembatan,
tempat-tempat itu dipersiapkan bagi mereka yang ingin menikmati pemandangan
sore, sekedar bersantai sambil berceloteh, dan bisa saja ada yang merajut kisah
serupa cerita novel Siti Noerbaja (dengan akhir cerita yang bahagia tentu saja),
memadu kasih dan membuat janji sambil mata memandang kesegala arah, ke arah
pemandangan gunung Padang yang hijau, atau ke arah perahu warna-warni yang
tertambat di Batang Arau. Mungkin pula diantara mereka yang bertandang di waktu petang ketempat ini, ada yang melakukan kegiatan seperti yang kami lakukan, memandangi
bangunan-bangunan tua yang masih tampak megah sambil menggumamkan tanya:
“hmm, kenapa ya enggak dikelola selayaknya sebuah lokasi wisata sebab sesungguhnya bangunan-bangunan
tersebut selain memberi kesan indah pasti juga menyimpan cerita nostalgia. Tidak
jarang orang berwisata untuk mengenang kisah masa lalunya yang bukan mustahil
pula cerita lama tersebut diturunkan dan membuat yang mendengar ikut pula
penasaran”
MUARO
Pelabuhan Muaro, dalam kisah sejarahnya
dulu adalah pelabuhan yang sangat aktif, pernah menjadi tempat berlabuhnya
kapal-kapal besar dan menjadi pusat ekspor rempah-rempah, tidak selain itu
pelabuhan muara tempo dulu dijadikan sebagai tempat singgah kapal yang
berangkat mengarungi samudara dari Eropa, China yang berlayar menuju Jawa. Pelabuhan
muaro dulu menjadi tempat favorit para nakhoda karena secara geografis
lokasinya seperti dilindungi gunung sehingga aman dan membuat mereka jadi
terhindar dari hempasan ombak ganas yang berasal dari Samudera Hindia.
Kini, Pelabuhan Muaro tampak begitu
tenang dan lengang, menyimpan berbagai kisah yang bisa terus dikenang, gambaran
kemegahan bangunan masa lalu masih bisa kita temukan di sekitar kawasan kota
lama.
Meski tak seramai dulu, sampai saat
ini di Muaro Batang Arau masih terlihat beberapa kapal warna warni yang tertambat
disana, ini menunjukkan bahwa kawasan ini masih berfungsi sebagai pelabuhan,
masih terasa nafas kehidupan pelayaran meski nyaris sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar